Rabu, 26 Oktober 2011

Mengajari Anak Cara Belajar, Bukan Menyuruh Anak Belajar

Berikan pelajaran yang bermutu bagi anak
Sudah menjadi hal yang lazim apabila mendekati ujian sekolah baik UTS, UAS dan UKK banyak orang tua yang senewen, bahkan anak-anaknya pun kadang banyak yang stress hingga jatuh sakit (mendadak) yang akhirnya sang anak malah tidak ikut ujian karena tidak bisa hadir.

Menilik dari kejadian-kejadian tersebut, ternyata sekarang ini banyak orang tua yang berorientasi pada hasil, bukan pada proses. Walaupun banyak yang memperhatikan proses belajar, namun kadang-kadang proses tersebut adalah sesuatu yang ‘dipaksakan’.

Anak-anak kita adalah bersih, suci, kosong ketika lahir. Kitalah yang membentuk mereka. Kitalah yang memprosesnya agar berhasil. Ketika mereka belajar di sekolah, mereka mengikuti apa yang diajarkan oleh bapak ibu guru di kelas. Lalu bagaimana ketika mereka pulang sekolah?

Apakah mereka tahu cara mengulang atau mengevaluasi pelajaran-pelajaran tadi?

Tentu tidak, atau susah bukan?

Nah, sebaiknyalah, kita sebagai orang tua mengajarkan kepada anak kita BAGAIMANA CARA BELAJAR YANG EFEKTIF sejak pertama kali mereka masuk sekolah dasar, agar kedepannya nanti, belajar adalah sesuatu hal yang mudah, menyenangkan dan bukan beban.

Lalu apa saja yang harus diperhatikan ketika membimbing anak-anak belajar?

1. Logis

Bahwa apapun yang anak-anak pelajari itu harus bisa dicerna secara logis
(masuk akal) oleh mereka. Apakah itu matematika, IPS, IPA,
Kewarganegaraan atau lain-lain. Jangan mengharapkan mereka untuk
menghafal apabila mereka belum mengerti logika apa yang mereka hapalkan.
Itu hanya akan membebani otak mereka. Teruslah berusaha menjelaskan
kepada mereka logika pelajaran yang sedang mereka pelajari itu.
Gunakanlah bahasa anak-anak yang mudah dicerna. Ingatlah, apabila mereka
belum mendapat logika dari suatu pelajaran, sudah dapat dipastikan,
berulang kali belajarpun tetap akan sulit bagi mereka.


2. Skematik


Buku pelajaran saat ini tebal-tebal, kadang-kadang hal ini membuat saya
merinding. Mungkinkah anak saya berjam-jam hanya untuk menghapal 5 topik
saja? Konyol sekali rasanya. Lalu bagaimana solusinya? Mudah,
pelajarilah MIND MAPPING. Untuk yang belum tahu apa itu mind mapping,
coba cari bukunya di Gramedia atau silakan browsing di internet.
Intinya, mind mapping ini adalah suatu cara untuk mengajarkan anak-anak
membuat konklusi atas apa yang mereka pelajari secara sistematik dalam
bentuk peta bergambar seperti jaringan otak. Setiap topik bahasan akan
digambarkan kedalam beberapa cabang secara sistematik. Persis seperti
neuron (inti otak) dan sinapsnya. Apa kelebihannya? Selesai belajar anak
tidak akan perlu membuka-buka lagi buku diktatnya, tetapi cukup
melihatnya dalam semenit/dua menit. Tepat, akurat dan efektif!

3. Repetisi atau pengulangan

Baru-baru ini penulis menonton acara di National Geographic Channel
mengenai kehebatan Otak Manusia. Di akhir acara dibuktikan bahwa
orang-orang yang cerdas memanfaatkan otaknya untuk ‘melihat’ bukan

‘memperhatikan’.

Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa sesuatu yang diulang-ulang
(dilihat) itu akan mudah diingat. Maka ini berarti, ajarkanlah anak-anak
belajar setiap hari!…. ya, setiap hari!…. Percayalah, dengan bantuan
mind map yang setiap hari dibuka sebelum pelajaran hari esok dimulai,
maka saat ujian, anak dapat dikatakan tidak perlu belajar keras. Mereka
cukup mengulang dan mengkajinya saja.


Bahkan, waktu saya kuliah, saya tempel mind map saya di samping tempat
tidur!… tiap sebelum tidur saya lihat (baca: bukan saya hapal), dan
subhanallah, gambaran pelajaran itu otomatis nempel di otak…. Itulah
hebatnya otak kita…

4. Latihan

Apa-apa yang sudah dipelajari tidak akan terbukti apabila belum dicoba.
Oleh karena itu rajin-rajinlah kita sebagai orang tua membekali mereka
dengan bermacam-macam buku atau soal latihan. Biasakanlah mereka
mengerjakan soal - soal latihan, agar ujian bagi mereka hanyalah suatu
pengulangan

5. Terakhir yang sangat penting adalah, kompensasi


Bersikaplah rasional dalam membimbing anak belajar. JANGAN KAKU. Beri
kelonggaran waktu bagi mereka, bagi waktu main, ibadah dan belajar
secara seimbang. Apabila telah belajar, berilah reward dengan boleh
mengerjakan apapun kesukaan mereka. Dengan begitu mereka dapat belajar
tanggung jawab dan kita tidak melupakan jati diri mereka, bahwa mereka
adalah ANAK-ANAK.

Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/25/mengajarkan-cara-anak-belajar-bukan-menyuruh-anak-belajar/

0 komentar:

Posting Komentar